Disusun
Oleh :
NAMA : SUPENO
KELAS : XII TKR II
SMK AL – BALAD JATI
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi
adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang
akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor,
banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita
adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap
takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah
mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa
yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka
kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras
untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal,
menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang
harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B . Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari
penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
2. Takdir
dibagi menjadi berapa macam?
3. Apa
fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah SWT?
4. Bagaimana
ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
5. Bagaimana
hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah:
1. Untuk
memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk
memahami dan mengetahui macam-macam takdir
3. Untuk
memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar
4. Untuk
mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
5. Untuk
mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
1. IMAN
KEPADA QADHA’ DAN QADAR
Keimanan seorang mukmin yang benar
harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah,
baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan
terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang.
Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait
masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk
memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul musta’an.
a. Qadha’ dan Qadar
Dalam pembahasan takdir, kita
sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang
serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya,
namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika
disebutkan qadha’ saja maka mencakup makna qadar, demikian pula
sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha’ maknanya
adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa
penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu.
Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah
sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian
disusul dengan qadha’.
Pengertian Qadha dan
Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian
yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah
Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali
sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan
makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar menurut bahasa adalah:
kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau
kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk
tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah
kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).
b. Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar, menurut bahasa yaitu:
Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya
disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah
ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah:
akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari
at-taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada
huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah
ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukum-hukum dalam
berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan
sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar.
Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk,
sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya.
Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari
apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah
menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum
diciptakan sejak zaman azali.
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun
mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan
pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi
sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan
(takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap
segala sesuatu tersebut.
2. Qadha’
Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal
(makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya
dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.
c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan, bahwa yang dimaksud
dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Maka Dia menjadikannya tujuh
langit… .” [Fushshilat: 12]
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua
perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena
salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya
berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk
memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan
bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa
qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak
azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara
yang telah ditentukan sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka,
yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan
global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan
perincian-perincian dari ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jika keduanya
berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai
pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya,
dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya
masuk di dalam (pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian
qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan qadar selalu berhubungan
erat . Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali.
Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara
qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya
selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah
berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya ” Dan tidak
sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
2. Macam-Macam Takdir Allah
1. Taqdir muallaq yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih
digantungkan pada usaha atau ikhtiar
manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain ini
harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak
mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah
swt berikut :
وَاَنْ لَّيْسَ لِلاِ نْسَانِ اِلاَّ مَاسَعَى (۳۹) وَاَنَّ
سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى
Artinya : “Dan bahwasannya
seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan bahwasannya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi balasan
yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)
اِنَّ اللهَ لاَيـُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنـْفُسِهِمْط
Artinya : “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau
mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11)
2. Taqdir mubrom yaitu
qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah lagi oleh manusia,
walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ فَاِذَاجَاءَاَجَلـُهُمْ
لاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya : “Dan tiap-tiap umat
memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf
: 7/34)
Semua yang kamu lakukan
selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah swt adalah zat
yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman Allah swt
berikut :
وَعَلىَ اللهِ فـَتَوَكَّلُوْا اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Artinya : “Dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS.
Al- Maidah : 5/23).
3. Fungsi
Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Allah SWT mewajibkan umat manusia
untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak
fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
a. Memperkuat
keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa ,
maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong
umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar
menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan
kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi
terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b. Menumbuhkan
kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan
– ketentuan Allah SWT(sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian
dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang
canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian
terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara,
barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan
pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
c. Meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran
bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan,
angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam
seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak,
kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah
SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal
dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya
bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga,
sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak
berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka
jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d. Menumbuhkan
sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela.
Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu
akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan
optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku
tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam
hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari
Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e. Mendorong
umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat,
sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari
hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir,
tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan.
Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya
masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara
maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat
kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
4. Ciri-ciri
orang yang beriman kepada qada dan qadar
Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki
tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di
dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan
qadarnya Allah swt adalah :
a. Mentaati
perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt
b. Berusaha
dan bekerja secara maksimal
c. Tawakkal
kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
d. Mengisi
kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akherat
e. memperhatikan
dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt
f. bersabar
dalam menghadapi cobaan
5. Hikmah
Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan
qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan
dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara
lain:
a. Melatih
diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha
dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya
apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah:
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya),
dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan
diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada
qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan
itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya
hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa
, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah
kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya”
Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat
kesombongan.”( HR. Muslim)
c. Memupuk
sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir
apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan
beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan.
Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis
dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Menenangkan
jiwa
Orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu
merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau
berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan
berusaha lagi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena
itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita
belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap
sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. SARAN
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh
karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa
kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan
Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan
demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa
bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah
DAFTAR PUSTAKA
https://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=6030489224626726571#editor/target=post;postID=4071447087484637786
Komentar
Posting Komentar