Entri yang Diunggulkan

Kapal selam Nanggala-402

Gambar
MENGAPA AWAK KAPAL SELAM TIDAK BERUSAHA KELUAR MENYELAMATKAN DIRI Untuk mengetahui jawabannya, mari kita lebih dulu diskusi perihal tekanan udara, ya Tekanan udara diukur dalam satuan Atm (Atmosfer). Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti sekaligus menekan permukaan Bumi, termasuk permukaan lautan. Karena kita hidup dipermukaan bumi, Maka dikehidupan sehari-hari, tubuh kita mendapat tekanan udara sebesar 1 atm. 1atm = 1,033 Kg/Cm2. Artinya = Lapisan Atmosfer Bumi akan menekan setiap satu sentimeter persegi permukaan tubuh kita dengan tekanan seberat 1 Kilogram, lebih dikit. Dan tekanan maksimal yang mampu diterima manusia adalah antara 4-5 atm. Di laut,  tekanan 1 atm akan dialami disetiap kedalaman 10 meter. Jadi jika di laut kita menyelam sedalam 10 meter maka tubuh kita akan mengalami tekanan sebesar 2 atm Perinciannya sbb = 1 atm tekanan atmosfer Bumi diatas permukaan laut + 1 atm tekanan air laut dikedalaman 10 meter dibawah permukaan laut. Anggaplah KRI Nanggala-402 m...

TUGAS IPS SEJARAH MEDAN AREA



TUGAS IPS

SEJARAH MEDAN AREA


DISUSUN OLEH :

Anugrah Ajeng P.
No.absen : 06
Kelas : IX G




SMP NEGERI 1 DOPLANG

TAHUN AJARAN 2013 / 2014
 

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum wr. Wb

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sejarah Medan Area, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Medan Area” yang menjelaskan bagaimana system Pengetahuan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Guru IPS Sejarah yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.



Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................           i
KATA PENGANTAR......................................................................................................           ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................           iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertempuran Medan Area...............................................................           1

BAB II PEMBAHASAN
B. Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area...........................................................           2

BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................         9
DAFTAR PUSAKA..............................................................................          10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 november 1945, pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh pasukan NICA. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Kota Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai.

Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
3. Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
4. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.





BAB II
PEMBAHASAN
B. Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area
Karena sulitnya komunikasi, proklamasi kemerdekaan baru diumumkan secara resmi di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 oleh Mr. Teuku Muhammad Hasan selaku Gubernur Sumatera. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan. Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.

Kedatangan pasukan AFNEI disambut baik oleh pemerintah RI karena pemerintah RI menghormati tugas AFNEI di Indonesia.
Namun dibalik itu, sehari setelah AFNEI mendarat di Belawan, pasukan AFNEI mendatangi kamp-kamp tawanan untuk membebaskan tawanan perang yang kebanyakan orang Belanda. Tawanan yang dibebaskan itu, kemudian dipersenjatai dan dibentuk menjadi Batalyon KNIL di Medan.

Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula laskar-laskar pemuda memindahkan markasnya masing-masing ke luar Kota Medan untuk mengadakan konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan komando, maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari kelemahan ini setelah beberapa kali menderita kerugian.

Atas perakasa dewan pertahanan daerah, maka diundang para komandan laskar untuk berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, laskar-laskar dibebaskan dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya. Rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.

Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran pertama Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A resimen laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan batalyon B menuju ke Kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan Barat batalyon 2 resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki Jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.

Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil menghentikannya.

Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan Selatan. Pertempuran jarak dekat berkobar di dalam kota. Pada keesokan harinya Kota Matsum bagian timur diserang kembali. Pasukan Inggris yang berada di Jalan Ismailiah berhasil dipukul mundur.

Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946, gencatan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.

Tiga hari setelah Inggris meninggalkan Kota Medan, Belanda mulai melanggar gencatan senjata. Di Pulau Brayan pada tanggal 21 November, Belanda merampas harta benda penduduk dan pada hari berikutnya Belanda membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan laskar di Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.

Pihak laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika lewat di depan pos Laskar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di front Medan Selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.

Pada tanggal 1 Desember 1946, pasukan kita mulai menembakkan mortir ke sasaran Pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar, Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan dibom. Tentu tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di kota. Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada pimpinan RI agar tembak-menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota, terpaksa ditarik mundur.

Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa, Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.





Perkembangan perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima Komandemen Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Resimen Laskar Rakyat Medan Area ialah karena kebijakan sendiri. Komandemen memutuskan membentuk komando baru, yang dipimpin oleh Letkol Sucipto. Serah terima komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947 di Tanjung Morawa. Sejak itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan Area, termasuk bantuan dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area.

Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15 Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Sayang karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran tidak berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area.

Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di Medan Area berjumlah 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara. Begitu pula membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan demikian mereka langsung berhadapan dengan pasukan kita. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari Medan Area.
Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula Laskar-laskar Pemuda memindahkan markasnya masing-masing ke luar kota Medan untuk mengadakan konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan komando, maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari kelemahan ini setelah beberapa kali menderita kerugian.
Atas perakasa Dewan Pertahanan Daerah, maka diundang para komandan laskar untuk berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, Laskar-laskar dibebaskan dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya. rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.
Hari “H” ditentukan tgl 27 Oktober 1946 pada jam 20.00, sasaran pertama Meda timur dan Medan selatan. Tepat pada hari “H”, Batalyon A Resimen Laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan Batalyon B menuju ke kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan barat Batalyon 2 Resimen lasykar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon Resimen Lasykar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil mengehentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan selatan. Pertempuran jarak dekat berkobar di dalam kota. Pada keesokan harinya kota Matsum bagian timur diserang kembali. Pasukan Inggris yang berada di Jalan Ismailiah berhasil dipukul mundur.
Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946 gencetan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.Tiga hari setelah Inggris meninggalkan kota Medan, Belanda mulai melanggar gencatan senjata. Di pulau Brayan pada tanggal 21 November, Belanda merampas harta benda penduduk, dan pada hari berikutnya Belanda membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan Laskar di Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.Pihak Laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika meliwati di depan pos Lasykar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di front Medan selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.Pada tanggal 1 Desember 1946 pasukan kita mulai menembakkan mortir ke sasaran pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar, Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan di bom. Tentu tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di kota. Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada Pimpinan RI agar tembak menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota, terpaksa ditarik mundur.Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa, Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.Perkembangan perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima Komandemen Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Resimen Lasykar Rakyat Medan Area, ialah karena kebijakan sendiri. Komandemen memutuskan membentuk komando baru, yang dipimpin oleh Letkol Sucipto. Serah terima komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947 di Tanjung Morawa. Sejak itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan Area, termasuk bantuan dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari “H” ditentukan 15 Februari 1947 dan jam “j” adalah pukul 06.00. Sayang karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran tidak berobah. menjelang subuh pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh pejoang-pejoang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di Medan Area berjumlah yang riel sebesar 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan timur, Medan selatan, Medan barat dan Medan utara. Dan begitu pula membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan demikian mereka langsung berhadapan dengan pasukan kita.Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu, dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari Medan Area.
Kesimpulan:Pertempuran di Medan Area merupakan perlawanan yang paling sengit dan panjang di Sumatera Timur, yang berlangsung hampir 2 tahun. Dalam peristiwa ini ialah motivasi rakyat dan Pemuda Pejuang yang tidak mau dijajah dengan disertai sikap ulet dan pantang menyerah. Tapi walaupun demikian bagaimana pun kuatnya motivasi, tanpa dilandasi kerjasama dan koordinasi yang baik, maka setiap kegiatan dapat mengalami kegagalan. Sejarah telah membuktikan betapa pahitnya keadaan ini. (Penulis adalah pejoang ’45 dan mantan tawanan)


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pertempuran di Medan Area merupakan perlawanan yang paling sengit dan panjang di Sumatera Timur, yang berlangsung hampir 2 tahun. Peristiwa Medan Area bermula dari kedatangan tentara Inggris (Sekutu) yang membonceng NICA dengan tujuan meninjau tawanan perang Jepang, namun kemudian beralih untuk membebaskan tawanan. Selanjutnya tentara sekutu juga membangun kekuatan untuk mengembalikan kekuasaannya yang pernah dirampas oleh Jepang. Pihak Inggris yang seharusnya menjadi penertib malah lebih berpihak kepada Belanda. Peristiwa ini merupakan motivasi rakyat dan Pemuda Pejuang yang tidak mau dijajah dengan disertai sikap ulet dan pantang menyerah. Tapi walaupun demikian bagaimana pun kuatnya motivasi, tanpa dilandasi kerjasama dan koordinasi yang baik, maka setiap kegiatan dapat mengalami kegagalan. Sejarah telah membuktikan betapa pahitnya keadaan ini.


DAFTAR PUSAKA

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN STUDY TOUR KE COBAN RONDO DAN JATIM PARK 1 MALANG, JAWA TIMUR

MAKALAH Sistem Karburator Electronic Fuel Injection

LAPORAN PRAKERIN DI KANTOR KECAMATAN GABUS