TUGAS IPS
SEJARAH MEDAN AREA
DISUSUN OLEH :
Anugrah
Ajeng P.
No.absen
: 06
Kelas
: IX G
SMP NEGERI 1 DOPLANG
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Segala puji bagi
Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sejarah Medan Area, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat
tentang “Medan Area” yang menjelaskan bagaimana system Pengetahuan.
Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada Guru IPS Sejarah yang telah membimbing penyusun
agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum
wr. wb.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pertempuran Medan Area............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
B.
Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area........................................................... 2
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................ 9
DAFTAR PUSAKA.............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Pada
tanggal 9 november 1945, pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal
T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh pasukan NICA. Brigadir
ini menyatakan kepada pemerintah RI akan melaksanakan tugas kemanusiaan,
mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Kota Medan. Dengah dalih
menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Bekas tawanan yang
menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah
putih.
3. Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
4. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang
papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan
Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.
BAB
II
PEMBAHASAN
B.
Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area
Karena
sulitnya komunikasi, proklamasi kemerdekaan baru diumumkan secara resmi di
Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 oleh Mr. Teuku Muhammad Hasan selaku
Gubernur Sumatera. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI dibawah pimpinan
Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan. Kedatangan pasukan AFNEI ini
diboncengi oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan
pasukan AFNEI disambut baik oleh pemerintah RI karena pemerintah RI menghormati
tugas AFNEI di Indonesia.
Namun
dibalik itu, sehari setelah AFNEI mendarat di Belawan, pasukan AFNEI mendatangi
kamp-kamp tawanan untuk membebaskan tawanan perang yang kebanyakan orang
Belanda. Tawanan yang dibebaskan itu, kemudian dipersenjatai dan dibentuk
menjadi Batalyon KNIL di Medan.
Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor
gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR
dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula laskar-laskar pemuda
memindahkan markasnya masing-masing ke luar Kota Medan untuk mengadakan
konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan komando,
maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari kelemahan ini setelah beberapa
kali menderita kerugian.
Atas perakasa dewan pertahanan daerah, maka diundang para komandan laskar untuk
berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk
membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat membentuk Komando Resimen
Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini,
laskar-laskar dibebaskan dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip
Karim dipilih sebagai Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas
Komando berada di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi
istimewa dengan pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas
prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui untuk
mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah
Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah,
Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi
sasarannya. Rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan
Medan-Belawan.
Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB,
sasaran pertama Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H",
batalyon A resimen laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga
bagian Kampung Sukarame, sedangkan batalyon B menuju ke Kota Matsum dan
menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan Barat batalyon 2 resimen
laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki Jalan Pringgan, kuburan
China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian pasukan
Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan
kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat
Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan
dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil
menghentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan Selatan. Pertempuran jarak dekat
berkobar di dalam kota. Pada keesokan harinya Kota Matsum bagian timur diserang
kembali. Pasukan Inggris yang berada di Jalan Ismailiah berhasil dipukul
mundur.
Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946,
gencatan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan pada
gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding menentukan garis
demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan kepada Belanda pada
tanggal 15 November 1946.
Tiga hari setelah Inggris meninggalkan Kota Medan, Belanda mulai melanggar
gencatan senjata. Di Pulau Brayan pada tanggal 21 November, Belanda merampas
harta benda penduduk dan pada hari berikutnya Belanda membuat persoalan lagi
dengan menembaki pos-pos pasukan laskar di Stasiun Mabar, juga Padang Bulan
ditembaki.
Pihak laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika lewat di depan pos
Laskar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok kota.
Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di front Medan
Selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di Sukarame gerakan
pasukan Belanda dapat dihentikan.
Pada tanggal 1 Desember 1946, pasukan kita mulai menembakkan mortir ke sasaran
Pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya Belanda menyerang
kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar, Deli Tua, Pancur Bata dan
Padang Bulan ditembaki dan dibom. Tentu tujuannya adalah memotong bantuan
logistik bagi pasukan yang berada di kota. Tapi walaupun demikian, moral
pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang dicapai.
Karena
merasa terdesak, Belanda meminta kepada pimpinan RI agar tembak-menembak
dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi yang membatasi wilayah
kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi baru, pasukan-pasukan yang
berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota, terpaksa ditarik mundur.
Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa, Binjai
dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan sepanjang
malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini benar-benar
melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar satu demi satu jatuh
ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil menguasai Sungai Sikambing,
sehingga dapat menerobos ke segala arah.
Perkembangan
perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima Komandemen Sumatera. Ia menilai
bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Resimen Laskar Rakyat Medan Area ialah
karena kebijakan sendiri. Komandemen memutuskan membentuk komando baru, yang
dipimpin oleh Letkol Sucipto. Serah terima komando dilakukan pada tanggal 24
Januari 1947 di Tanjung Morawa. Sejak itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front
Medan Area, termasuk bantuan dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa
Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun
rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon
dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15 Februari
1947 pukul 06.00 WIB. Sayang karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak
dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian serangan umum ini berhasil
membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat,
jalannya pertempuran tidak berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita mundur ke
Mariendal. Serangan umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir
yang dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di Medan
Area berjumlah 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang membagi Front
Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat
dan Medan Utara. Begitu pula membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan
demikian mereka langsung berhadapan dengan pasukan kita. Pada saat terjadi
Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan
RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu
pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari Medan Area.
Operasi-operasi militer Inggris
semakin intensif dilaksanakan dan kantor gubernur terpaksa dipindahkan ke
kantor walikota. Markas Divisi II TKR dipindahkan pula ke Pematang Siantar.
Demikian pula Laskar-laskar Pemuda memindahkan markasnya masing-masing ke luar
kota Medan untuk mengadakan konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa
adanya kesatuan komando, maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari
kelemahan ini setelah beberapa kali menderita kerugian.
Atas perakasa Dewan Pertahanan
Daerah, maka diundang para komandan laskar untuk berunding di Tebing Tinggi
selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan.
Akhirnya mereka sepakat membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area
(KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, Laskar-laskar dibebaskan
dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai
Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada di Two
Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan pembagian
wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas prakarsa pimpinan Divisi
Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui untuk mengadakan serangan
bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah Kampung Sukarame,
Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan,
sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya.
rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan
Medan-Belawan.
Hari “H” ditentukan tgl 27 Oktober 1946 pada jam 20.00, sasaran pertama Meda
timur dan Medan selatan. Tepat pada hari “H”, Batalyon A Resimen Laskar rakyat
di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan
Batalyon B menuju ke kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama.
Di Medan barat Batalyon 2 Resimen lasykar rakyat dan pasukan Ilyas Malik
bergerak menduduki jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa
waktu yang lalu, pihak Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada
Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan
digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan
batalyon-batalyon Resimen Lasykar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh pihak
Inggris/Belanda. Daerah Medan selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan
kita membalas tembakan dan berhasil mengehentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang
seluruh Medan selatan. Pertempuran jarak dekat berkobar di dalam kota. Pada
keesokan harinya kota Matsum bagian timur diserang kembali. Pasukan Inggris
yang berada di Jalan Ismailiah berhasil dipukul mundur.
Sementara pertempuran
berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946 gencetan senjata diadakan
dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan pada gencatan senjata itu dilakukan,
digunakan untuk berunding menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara
resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.Tiga hari setelah
Inggris meninggalkan kota Medan, Belanda mulai melanggar gencatan senjata. Di
pulau Brayan pada tanggal 21 November, Belanda merampas harta benda penduduk,
dan pada hari berikutnya Belanda membuat persoalan lagi dengan menembaki
pos-pos pasukan Laskar di Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.Pihak
Laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika meliwati di depan pos
Lasykar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok kota.
Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di front Medan
selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di Sukarame gerakan
pasukan Belanda dapat dihentikan.Pada tanggal 1 Desember 1946 pasukan kita
mulai menembakkan mortir ke sasaran pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati.
Keesokan harinya Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar,
Mabar, Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan di bom. Tentu
tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di kota.
Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang
dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada Pimpinan RI agar tembak menembak
dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi yang membatasi wilayah
kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi baru, pasukan-pasukan yang
berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota, terpaksa ditarik mundur.Selagi
kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa, Binjai dan
Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan sepanjang malam.
Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini benar-benar melumpuhkan
kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar satu demi satu jatuh ke tangan
Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil menguasai Sungai Sikambing, sehingga
dapat menerobos ke segala arah.Perkembangan perjuangan di Medan menarik
perhatian Panglima Komandemen Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang
dilakukan oleh Resimen Lasykar Rakyat Medan Area, ialah karena kebijakan
sendiri. Komandemen memutuskan membentuk komando baru, yang dipimpin oleh
Letkol Sucipto. Serah terima komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947 di
Tanjung Morawa. Sejak itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan Area,
termasuk bantuan dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando
Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap
kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat.
Hari “H” ditentukan 15 Februari 1947 dan jam “j” adalah pukul 06.00. Sayang
karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi
walaupun demikian serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut
sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran
tidak berobah. menjelang subuh pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan umum
15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh
pejoang-pejoang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer
ke I Belanda, yang mana pasukan RI di Medan Area berjumlah yang riel sebesar 7
batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang membagi Front Medan Area atas
beberapa sektor, ialah Medan timur, Medan selatan, Medan barat dan Medan utara.
Dan begitu pula membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan demikian
mereka langsung berhadapan dengan pasukan kita.Pada saat terjadi Agresi Militer
Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan RI ke semua
sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu, dan setelah itu
pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari Medan Area.
Kesimpulan:Pertempuran di Medan
Area merupakan perlawanan yang paling sengit dan panjang di Sumatera Timur,
yang berlangsung hampir 2 tahun. Dalam peristiwa ini ialah motivasi rakyat dan
Pemuda Pejuang yang tidak mau dijajah dengan disertai sikap ulet dan pantang
menyerah. Tapi walaupun demikian bagaimana pun kuatnya motivasi, tanpa
dilandasi kerjasama dan koordinasi yang baik, maka setiap kegiatan dapat
mengalami kegagalan. Sejarah telah membuktikan betapa pahitnya keadaan ini.
(Penulis adalah pejoang ’45 dan mantan tawanan)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertempuran di Medan Area merupakan perlawanan yang paling
sengit dan panjang di Sumatera Timur, yang berlangsung hampir 2 tahun. Peristiwa Medan Area bermula dari kedatangan tentara
Inggris (Sekutu) yang membonceng NICA dengan tujuan meninjau tawanan perang
Jepang, namun kemudian beralih untuk membebaskan tawanan. Selanjutnya
tentara sekutu juga membangun kekuatan untuk mengembalikan kekuasaannya yang
pernah dirampas oleh Jepang. Pihak Inggris yang seharusnya menjadi penertib
malah lebih berpihak kepada Belanda. Peristiwa ini merupakan
motivasi rakyat dan Pemuda Pejuang yang tidak mau dijajah dengan disertai sikap
ulet dan pantang menyerah. Tapi walaupun demikian bagaimana pun kuatnya
motivasi, tanpa dilandasi kerjasama dan koordinasi yang baik, maka setiap
kegiatan dapat mengalami kegagalan. Sejarah telah membuktikan betapa pahitnya
keadaan ini.
DAFTAR PUSAKA
http://angkasaabolaa.blogspot.sg/2017/10/blog-post_31.html
BalasHapus