Entri yang Diunggulkan

Kapal selam Nanggala-402

Gambar
MENGAPA AWAK KAPAL SELAM TIDAK BERUSAHA KELUAR MENYELAMATKAN DIRI Untuk mengetahui jawabannya, mari kita lebih dulu diskusi perihal tekanan udara, ya Tekanan udara diukur dalam satuan Atm (Atmosfer). Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti sekaligus menekan permukaan Bumi, termasuk permukaan lautan. Karena kita hidup dipermukaan bumi, Maka dikehidupan sehari-hari, tubuh kita mendapat tekanan udara sebesar 1 atm. 1atm = 1,033 Kg/Cm2. Artinya = Lapisan Atmosfer Bumi akan menekan setiap satu sentimeter persegi permukaan tubuh kita dengan tekanan seberat 1 Kilogram, lebih dikit. Dan tekanan maksimal yang mampu diterima manusia adalah antara 4-5 atm. Di laut,  tekanan 1 atm akan dialami disetiap kedalaman 10 meter. Jadi jika di laut kita menyelam sedalam 10 meter maka tubuh kita akan mengalami tekanan sebesar 2 atm Perinciannya sbb = 1 atm tekanan atmosfer Bumi diatas permukaan laut + 1 atm tekanan air laut dikedalaman 10 meter dibawah permukaan laut. Anggaplah KRI Nanggala-402 memil

MAKALAH KETRAMPILAN BERBAHASA MENDENGARKAN DAN MENYIMAK

MAKALAH KETRAMPILAN BERBAHASA
MENDENGARKAN DAN MENYIMAK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ketrampilan
Dosen Pengampu : Joko Absono, S.Pd., M. Pd



DISUSUN OLEH:






STKIP PELITA PRATAMA AL – AZHAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas mengenai keterampilan berbahasa dan sastra indonesia. Selain itu kita harus mengerti , mengetahui , memahami tentang keterampilan berbahasa yaitu membaca , menulis , mendengarkan atau menyimak dan berbicara.Dalam hal ini penulis bermaksud untuk sedikit memaparkan mengenai salah satu dari aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan atau menyimak.Penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya sekolah dasar (SD).
B.Tujuan
Penyusun menulis makalah yang berjudul, ” Keterampilan Berbahasa Aspek Mendengarkan Atau Menyimak” ini memiliki berbagai tujuan sebagai berikut ini:
1.      Untuk mengetahui apa itu Keterampilan berbahasa.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan berbahasa khususnya mendengarkan atau menyimak.
3.      Untuk mengetahui penerapan keterampilan mendengar atau menyimak dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar.
C.Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah yang berjudul,” Keterampilan Berbahasa Aspek Mendengarkan Atau Menyimak” tentunya didasari oleh berbagai pertanyaan yang dijadikan sebagai rumusan masalah, yaitu:
Apakah itu keterampilan mendengarkan atau menyimak ?
Ada berapa macam keterampilan berbahasa aspek mendengarkan atau menyimak?
Bagaimana pengajaran keterampilan berbahasa aspek mendengarkan atau menyimak di sekolah dasar ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Menyimak atau Mendengarkan
Dalam bahasa karo terdapat suatu pemeo yang berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang artinya “memang di dengarnya, tapi tidak di simaknya”. Memang tidak dapat di sangkal bahwa di dunia ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai pada tingkat mendengar saja, belum sampai pada taraf menyimak.
Menyimak dapat dipandang sebagai :
1.      Suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar bunyi.
2.      Suatu keterampilan, menyimak bertujuan untuk berkomunikasi karena melibatkan keterampilan yang bersifat aural dan oral. Berdasarkan pandangan ini, harus dibedakan antara mendengar dan menyimak. Mendengar merupakan fase awal dari menyimak, yaitu fase pemaknaan simbol-simbol aural.
3.      Suatu seni berarti kegiatan menyimak itu memerlukan kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, pemahaman, dan penilaian, seperti halnya mempelajari seni musik, seni peran atau seni rupa.
4.      Suatu proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang kompleks, yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespon.Oleh sebab itu, menyimak harus diajarkan.
5.      Suatu respons, sebab respon merupakan unsur utama dalam menyimak.Penyimak dapat merespon dengan efektif jika ia memiliki panca indra yang kucup baik dan mempunyai kemampuan menginterpretasikan pesan yang terkandung dalam tuturan yang disimaknya.
Didalam proses mendengarkan, menurut walvin dan coakley (1985) terdapat tiga tahap :
1. Menerima
Pendengar menerima rangsanagan aural dan verbal dari penutur.
2. Mengikuti
Pendengar memfokuskan perhatiannya kepada rangsangan yang terpilih dan mengabaikan rangasangan lainnya. Untuk itu, guru harus sering memperingatkan siswanya supaya memberi perhatian terhadap apa yang dituturkan, dan ontensitas kebutuhan siswa utuk mengikuti pesan yang disampaikan penutur itu berbeda-beda sesuai dengan tujuan dari kegitan mendengarkan.
3. Proses memeberi teanggapan terhadap informamasi yang telah disampaikan melalui rangsang aurel dan verbal tersebut.


B. Tujuan dan Fungsi Menyimak
Terdapat empat fungsi dalam menyimak diantaranya sebagai berikut :
1)      Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi,
2)      Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif,
3)      Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang lebih masuk akal,
4)      Agar dapat memberikan responsi yang tepat.
Tujuan seseorang dalam menyimak sesuatu itu beraneka ragam diantaranya sebagai berikut :
1)      Menyimak untuk belajar,
2)      Menyimak untuk menikmati,
3)      Menyimak untuk mengevaluasi,
4)      Menyimak untuk mengapresiasi,
5)      Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide,
6)      Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi,
7)      Menyimak untuk memecahkan masalah,
8)      Menyimak untuk meyakinkan.
Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
2)  Menganalisis fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
4) Menghibur diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.

C. Tahap-Tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
2. Tahap memahami (understanding); setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti isi ujaran sang pembicara.
3. Tahap menafsirkan (interpreting); penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran sang pembicara.
4. Tahap menilai (evaluating); pada tahap ini sang penyimak mulai menilai ujaran sang pembicara, dimana kelebihan dan kekurangannya.
5. Tahap menanggapi (responding); merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.
Ruth G. Stricland menyimpulkan ada sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak ketentuan  sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yaitu sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati anak.
3) Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
4) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang di simak, karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal yang menarik saja.
5) Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang di sampaikan pembicara.
6) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi komentar maupun pertanyaan.
7) Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara dengan sungguh-sungguh.
8) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran , pendapat , dan gagasan pembicara.
Ada pakar lain yang mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak yaitu:
a. Isolasi
b. Identifikasi
c. Integrasi
d. Infeksi
e. Interpretasi
f. Interpolasi
g. Intropeksi
D. Jenis-Jenis Menyimak
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak  ekstensif adalah sejenis kegiatan menyinyak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan bebas terhadap suatu tujuan, tidak perlu di bawa bimbimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan bagi siswa untuk mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada didalam jangkauan dan kapasitasnya.
Bercerita, terutama bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif. Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu tujuan dari menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara yang baru. Pada umumnya, sumber yang baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh diri sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang hendak dicapai.
Menyimak ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
1.      Menyimak Sosial
Menyimak sosial biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik, sehingga orang yang hadir saling mendengarkan dan memberi respon  yang wajar terhadap apa yang dikatakan rekannya.Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
Menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dalam situasi-situasi sosial dalm satu maksud.
Menyimak serta memahami peranan pembicara dan penyimak dalm proses komunikasi tersebut.
2.      Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan. Seperti
contoh berikut,menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme, tarian-tarian rakyat
disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita
sedang menulis surat pada seorang teman dirumah.
3.      Menyimak Estetik
Menyimak estetik adalah kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif, mancakup: menyimak musik, puisi, pembacaan bersama atau drama radio dan rekaman-rekaman serta menikmati cerita teka-teki dan lakon-lakon yang dibicarakan atau diceritakan oleh guru, siswa, dan ataupun aktor.
4.      Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar dan biasanya menandai kita pada saat belajar kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai serta menguasai suatu bahasa.
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, pemahaman serta pengertian umum. Menyimak intensif dapat dibagi enam  yaitu:
a. Menyimak Kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan hal-hal yang baik dan benar dari ujaran pembicara, dengan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, ketidak telitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraaan seseorang.
Secara agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
a)      Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata dan unsur-unsur kalimatnya.
b)      Menetukan alasan “mengapa”.
c)      Memahami aneka makna petunjuk konteks.
d)     Membedakan fakta dari fantasi.
e)      Membuat keputusan-keputusan.
f)       Menarik kesimpulan-kesimpulan.
g)      Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
h)      Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
i)        Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum untuk dipakai.
j)        Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, kecerobohan, kekurangtelitian serta kekeliruan.
Dalam kegiatan menyimak kritis ini, ada empat konsep penting yang harus kita miliki, yaitu:
1.      Penyimak harus yakin bahwa pembicaraan telah mendukung serta mendokumentasikan masalah-masalah yang mereka kemukakan.
2.      Penyimak mengharapkan agar pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
3.      Penyimak mengharap agar pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
4.      Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar pembicara bergerak dari hal-hal umum ke khusus.
b. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif sering disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan kegiatan sejenis telaah. Kegiatan yang tercangkup dalam menyimak konsentratif adalah:
1)      Mengikuti petunjuk.
2)      Mencari hubungan.
3)      Mencari informasi.
4)      Memperoleh pemahaman.
5)      Menghayati ide-ide.
6)      Memahami urutan ide-ide.
7)      Mencatat fakta-fakta.

c. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekontruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan kinestetik terhadap apa-apa yang disimaknya. Kegiatan dalam menyimak kreatif:
a)      Mengasosiasikan makna-makna dengan pengalaman menyimak
b)      Merekontruksi imaji-imaji visual sementara menyimak
c)      Mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
d)     Memecahkan masalah, memeriksa, dan mengujinya
d. Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksploratif adalah kegiatann menyimak intensif dengan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah. Tujuan dari kegiatan dalam menyimak eksplorasif adalah sebagai berikut:
1.      Menemukan hal-hal baru
2.      Menemukan informasi tambahan
3.      Menemukan isyu menarik
4.      Menyimak Interogatif
e. Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, sebab sang penyimak akan mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin yang mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.
f. Menyimak Selektif
Menyimak pasif perlu dilengkapi dengan menyimak selektif, alasannya:
Kita jarang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing, itu mengganggu kapasitas kita untuk menyerap.
Kebiasaan-kebiasaan kita cenderung membuat kita menginterprestasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga ke otak dan karena itu kita memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
E. Hal-Hal yang Perlu Disimak
Khusus mengenai bahasa, terutama bahasa asing para pelajar haruslah menyimak serta mengenal butir-butir berikut:
Bunyi-bunyi fonemis (distingtif).
Urutan-urutan bunyi.
Kata-kata tugas.
Infleksi.
Perubahan bunyi dalam derifasi.
Pengelompokan struktural.
Petunjuk urutan kata.
Makna kata-kata.
Kata-kata salam, sapaan, dan lain-lain.
Makna budayawi (cultural meaning).
F. Hubungan Menyimak dengan Aspek Keterampilan Berbahasa lainnya
1. Hubungan menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.Menyimak bersifat reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang terjadi antar teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum diskusi. Dalam hal ini  A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untu memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut : mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk : mendafatkan fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiaatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab dan lain-lain. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak, tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
2. Hubungan menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasih.
3. Hubungan menyimak dan menulis
Menulis dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasih dapat menumbuhkan kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh dan dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dan lain sebagainya.
G. Bahan Pembelajaran Menyimak
Tujuan utama menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan.  Oleh sebab itu pemilihan bahan harus disesuaikan dengan karakter anak SD. Pembelajaran menyimak di kelas rendah sebaiknya tidak disertai dengan menulis. Bahan simakan kelas rendah berupa perintah, pertanyaan lisan yang menghendaki jawaban lisan atau perbuatan sebaagai jawabanya.
Menyimak Anak-anak dapat belajar bahasa pertamanya dari mendengarkan dan mendengarnya merupakan dasar bagi seni-seni bahasa lainnya (Lundesteen : 1979). Dari hasil mendengarkan inilah anak memulai proses belajar memahami dan menghasilkan bahasa, mengikuti bunyi tutur, dan mengkonstruksi bahasa lainnya. Disamping itu, mendengar juga mempunyai kaitan yang erat dengan membaca. Anak-anak belajar membaca juga melalui mendengarkan. Ketika anak-anak harus membaca mereka mulai pada tulisan. Keterampilan dan pemahaman didalam dan pemahaman didalam membaca dan mendengarkan dalam beberapa hal memiliki kesamaaan (Stick dan james, 1984).
H. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Tujuan utama pengajaran bahasa indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis.
1. Taman kanak-kanak
a.       Menyimak pada teman sebaya.
b.      Mengembangkan waktu perhatian yang amat opanjang terhadap cerita dan dongeng.
c.       Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan sederhana.

2. Kelas satu (5 1/2 – 7 tahun)
a.       Menyimak untuk menjelaskan, menjernihkan pikiran dan untuk mendapat jawaban atas pertanyaan.
b.      Dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarkan.
c.       Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata lingkungan.
3. Kelas dua (6 1/2 – 8 tahun)
a.       Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b.      Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c.       Sadar akan situasi, bila sebaiknya menyimak atau sebaliknya.
4. Kelas tiga dan empat (7 1/2 – 10 tahun)
a.       Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai sumber informasi dan kesenangan. Menyimak pada laporan orang lain, dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan itu.
b.      Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5. Kelas lima dan enam (91/2 – 11 tahun)
a.       Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan, kesalahan, propaganda, dan petunjuk yang keliru.
b.      Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui dalam tipe-tipe baru.
I. Teknik Pengajaran Menyimak di Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana.
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
Contoh: Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
 menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
 menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
 menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
 menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
 menilai isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya, seperti:
apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
bagaimana watak dari tokoh tersebut?
sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
 5. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan  cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
6. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
7.  Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar bahasa , budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk teliti.
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.


BAB III
PENUTUP

A.Simpulan
Menyimak adalah suatu proses suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasih, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1) Mendapatkan fakta
2) Menganalisis fakta
3) Mendapatkan inspirasi
4) Menghibur diri

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap mendengar (hearing)
2. Tahap memahami (understanding)
3. Tahap menafsirkan (interpreting)
4. Tahap menilai (evaluating)
5. Tahap menanggapi (responding)
Jenis-Jenis Menyimak sebagai berikut :
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:

1.      Menyimak Sosial
2.      Menyimak Sekunder
3.      Menyimak Estetik
4.      Menyimak Pasif


2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif dapat dibagi enam  yaitu:

a. Menyimak Kritis
b. Menyimak Konsentratif
c. Menyimak Kreatif
d. Menyimak Eksplorasif
e. Menyimak interogatif
f. Menyimak Selektif

Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
2. Teknik Informasi Beranting
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
5. Teknik Group Cloze
6. Teknik Parafrase
7.  Simak Libat Cakap
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

MAKALAH QADHA' DAN QADAR

Kapal selam Nanggala-402