MAKALAH
KETRAMPILAN BERBAHASA
MENDENGARKAN
DAN MENYIMAK
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ketrampilan
Dosen
Pengampu : Joko Absono, S.Pd., M. Pd
DISUSUN
OLEH:
STKIP PELITA PRATAMA AL – AZHAR
TAHUN
AJARAN 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan,
kreatifitas juga wawasan yang luas mengenai keterampilan berbahasa dan
sastra indonesia. Selain itu kita harus mengerti , mengetahui , memahami
tentang keterampilan berbahasa yaitu membaca , menulis , mendengarkan atau
menyimak dan berbicara.Dalam hal ini penulis bermaksud untuk sedikit memaparkan
mengenai salah satu dari aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan atau menyimak.Penerapannya
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya sekolah dasar (SD).
B.Tujuan
Penyusun menulis makalah yang berjudul, ” Keterampilan
Berbahasa Aspek Mendengarkan Atau Menyimak” ini memiliki berbagai tujuan
sebagai berikut ini:
1.
Untuk
mengetahui apa itu Keterampilan berbahasa.
2.
Untuk
mengetahui jenis-jenis keterampilan berbahasa khususnya mendengarkan atau
menyimak.
3.
Untuk
mengetahui penerapan keterampilan mendengar atau menyimak dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah dasar.
C.Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah yang berjudul,” Keterampilan
Berbahasa Aspek Mendengarkan Atau Menyimak” tentunya didasari oleh berbagai
pertanyaan yang dijadikan sebagai rumusan masalah, yaitu:
Apakah itu keterampilan mendengarkan atau menyimak ?
Ada berapa macam keterampilan berbahasa aspek mendengarkan
atau menyimak?
Bagaimana pengajaran keterampilan berbahasa aspek mendengarkan
atau menyimak di sekolah dasar ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Menyimak atau Mendengarkan
Dalam bahasa karo terdapat suatu pemeo yang berbunyi “Tuhu nge
ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang artinya “memang di dengarnya,
tapi tidak di simaknya”. Memang tidak dapat di sangkal bahwa di dunia ini
terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai pada tingkat mendengar
saja, belum sampai pada taraf menyimak.
Menyimak
dapat dipandang sebagai :
1. Suatu
sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu menyimak yang
harus melalui tahap mendengar bunyi.
2. Suatu
keterampilan, menyimak bertujuan untuk berkomunikasi karena melibatkan
keterampilan yang bersifat aural dan oral. Berdasarkan pandangan ini, harus
dibedakan antara mendengar dan menyimak. Mendengar merupakan fase awal dari
menyimak, yaitu fase pemaknaan simbol-simbol aural.
3. Suatu seni
berarti kegiatan menyimak itu memerlukan kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi
aktif, pemahaman, dan penilaian, seperti halnya mempelajari seni musik, seni
peran atau seni rupa.
4. Suatu
proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang kompleks, yaitu
keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespon.Oleh sebab itu,
menyimak harus diajarkan.
5. Suatu respons,
sebab respon merupakan unsur utama dalam menyimak.Penyimak dapat merespon
dengan efektif jika ia memiliki panca indra yang kucup baik dan mempunyai
kemampuan menginterpretasikan pesan yang terkandung dalam tuturan yang
disimaknya.
Didalam
proses mendengarkan, menurut walvin dan coakley
(1985) terdapat tiga tahap :
1.
Menerima
Pendengar
menerima rangsanagan aural dan verbal dari penutur.
2.
Mengikuti
Pendengar
memfokuskan perhatiannya kepada rangsangan yang terpilih dan mengabaikan
rangasangan lainnya. Untuk itu, guru harus sering memperingatkan siswanya
supaya memberi perhatian terhadap apa yang dituturkan, dan ontensitas kebutuhan
siswa utuk mengikuti pesan yang disampaikan penutur itu berbeda-beda sesuai
dengan tujuan dari kegitan mendengarkan.
3.
Proses memeberi teanggapan terhadap informamasi yang telah disampaikan melalui
rangsang aurel dan verbal tersebut.
B.
Tujuan dan Fungsi Menyimak
Terdapat
empat fungsi dalam menyimak diantaranya sebagai berikut :
1) Memperoleh
informasi yang berkaitan dengan profesi,
2) Membuat
hubungan antar pribadi lebih efektif,
3) Mengumpulkan
data agar dapat membuat keputusan yang lebih masuk akal,
4) Agar
dapat memberikan responsi yang tepat.
Tujuan
seseorang dalam menyimak sesuatu itu beraneka ragam diantaranya sebagai berikut
:
1) Menyimak
untuk belajar,
2) Menyimak
untuk menikmati,
3) Menyimak
untuk mengevaluasi,
4) Menyimak
untuk mengapresiasi,
5) Menyimak
untuk mengkomunikasikan ide-ide,
6) Menyimak
untuk membedakan bunyi-bunyi,
7) Menyimak
untuk memecahkan masalah,
8) Menyimak
untuk meyakinkan.
Adapun
tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan
fakta
Mendapatkan
fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tape recorder, TV, dan
percakapan.
2) Menganalisis
fakta
Fakta
atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada
unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang
disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak
dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan
inspirasi
Dapat
dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang
diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
4)
Menghibur diri
Para
penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk
menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah
sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.
C.
Tahap-Tahap Menyimak
Menyimak
adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Proses menyimak mencakup
tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Tahap mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
2.
Tahap memahami (understanding); setelah mendengar maka ada keinginan untuk
mengerti isi ujaran sang pembicara.
3.
Tahap menafsirkan (interpreting); penyimak yang baik belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan
butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran sang pembicara.
4.
Tahap menilai (evaluating); pada tahap ini sang penyimak mulai menilai ujaran
sang pembicara, dimana kelebihan dan kekurangannya.
5.
Tahap menanggapi (responding); merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan
atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.
Ruth
G. Stricland menyimpulkan ada sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang
tidak ketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yaitu sebagai
berikut:
1)
Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2)
Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan
adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
Setengah
menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati anak.
3)
Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang
penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
4)
Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang di simak,
karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal
yang menarik saja.
5)
Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara
konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap
pesan yang di sampaikan pembicara.
6)
Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi komentar
maupun pertanyaan.
7)
Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara dengan
sungguh-sungguh.
8)
Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran , pendapat
, dan gagasan pembicara.
Ada
pakar lain yang mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak yaitu:
a.
Isolasi
b.
Identifikasi
c.
Integrasi
d.
Infeksi
e.
Interpretasi
f.
Interpolasi
g.
Intropeksi
D.
Jenis-Jenis Menyimak
1)
Menyimak Ekstensif
Menyimak
ekstensif adalah sejenis kegiatan menyinyak yang mengenai hal-hal yang lebih
umum dan bebas terhadap suatu tujuan, tidak perlu di bawa bimbimbingan langsung
dari seorang guru.
Menyimak
ekstensif dapat pula memberi kesempatan bagi siswa untuk mendengar dan menyimak
butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing baginya yang
terdapat dalam arus ujaran yang berada didalam jangkauan dan kapasitasnya.
Bercerita,
terutama bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif.
Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu tujuan dari
menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara yang baru.
Pada umumnya, sumber yang baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah
rekaman-rekaman yang dibuat oleh diri sendiri karena dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yang hendak dicapai.
Menyimak
ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
1. Menyimak
Sosial
Menyimak
sosial biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang
mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik, sehingga orang yang
hadir saling mendengarkan dan memberi respon yang wajar terhadap apa yang
dikatakan rekannya.Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial
paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
Menyimak
secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dalam
situasi-situasi sosial dalm satu maksud.
Menyimak
serta memahami peranan pembicara dan penyimak dalm proses komunikasi tersebut.
2. Menyimak
Sekunder
Menyimak
sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan. Seperti
contoh
berikut,menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme, tarian-tarian rakyat
disekolah
dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita
sedang
menulis surat pada seorang teman dirumah.
3. Menyimak
Estetik
Menyimak
estetik adalah kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk kedalam menyimak
ekstensif, mancakup: menyimak musik, puisi, pembacaan bersama atau drama radio
dan rekaman-rekaman serta menikmati cerita teka-teki dan lakon-lakon yang dibicarakan
atau diceritakan oleh guru, siswa, dan ataupun aktor.
4. Menyimak
Pasif
Menyimak
pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar dan biasanya menandai
kita pada saat belajar kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala,
berlatih santai serta menguasai suatu bahasa.
2)
Menyimak Intensif
Menyimak
intensif adalah menyimak yang diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian
dari program pengajaran bahasa, pemahaman serta pengertian umum. Menyimak
intensif dapat dibagi enam yaitu:
a. Menyimak
Kritis
Menyimak
kritis adalah kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau
kekeliruan bahkan hal-hal yang baik dan benar dari ujaran pembicara, dengan
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis
lebih cendrung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, ketidak telitian yang
terdapat dalam ujaran atau pembicaraaan seseorang.
Secara
agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
a) Memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata dan unsur-unsur
kalimatnya.
b) Menetukan
alasan “mengapa”.
c) Memahami
aneka makna petunjuk konteks.
d) Membedakan
fakta dari fantasi.
e) Membuat
keputusan-keputusan.
f) Menarik
kesimpulan-kesimpulan.
g) Menemukan
jawaban bagi masalah tertentu.
h) Menentukan
mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
i) Menafsirkan,
menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum untuk dipakai.
j) Bertindak
objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, kecerobohan,
kekurangtelitian serta kekeliruan.
Dalam
kegiatan menyimak kritis ini, ada empat konsep penting yang harus kita miliki,
yaitu:
1. Penyimak
harus yakin bahwa pembicaraan telah mendukung serta mendokumentasikan
masalah-masalah yang mereka kemukakan.
2. Penyimak
mengharapkan agar pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
3. Penyimak
mengharap agar pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik
tertentu.
4. Penyimak
harus percaya dan menuntut dengan tegas agar pembicara bergerak dari hal-hal
umum ke khusus.
b. Menyimak
Konsentratif
Menyimak
konsentratif sering disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan
kegiatan sejenis telaah. Kegiatan yang tercangkup dalam menyimak konsentratif
adalah:
1) Mengikuti
petunjuk.
2) Mencari
hubungan.
3) Mencari
informasi.
4) Memperoleh
pemahaman.
5) Menghayati
ide-ide.
6) Memahami
urutan ide-ide.
7) Mencatat
fakta-fakta.
c.
Menyimak Kreatif
Menyimak
kreatif adalah kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekontruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan,
serta perasaan kinestetik terhadap apa-apa yang disimaknya. Kegiatan dalam
menyimak kreatif:
a) Mengasosiasikan
makna-makna dengan pengalaman menyimak
b) Merekontruksi
imaji-imaji visual sementara menyimak
c) Mengadaptasikan
imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
d) Memecahkan
masalah, memeriksa, dan mengujinya
d.
Menyimak Eksplorasif
Menyimak
eksploratif adalah kegiatann menyimak intensif dengan tujuan menyelidiki
sesuatu lebih terarah. Tujuan dari kegiatan dalam menyimak eksplorasif adalah
sebagai berikut:
1. Menemukan
hal-hal baru
2. Menemukan
informasi tambahan
3. Menemukan
isyu menarik
4. Menyimak
Interogatif
e.
Menyimak interogatif
Menyimak
interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir
dari ujaran sang pembicara, sebab sang penyimak akan mengajukan pertanyaan
sebanyak mungkin yang mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk
apa, benarkah, dan sebagainya.
f.
Menyimak Selektif
Menyimak
pasif perlu dilengkapi dengan menyimak selektif, alasannya:
Kita
jarang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu
kebudayaan asing, itu mengganggu kapasitas kita untuk menyerap.
Kebiasaan-kebiasaan
kita cenderung membuat kita menginterprestasikan kembali rangsangan-rangsangan
akustik yang disampaikan oleh telinga ke otak dan karena itu kita memperoleh
suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
E. Hal-Hal
yang Perlu Disimak
Khusus
mengenai bahasa, terutama bahasa asing para pelajar haruslah menyimak serta
mengenal butir-butir berikut:
Bunyi-bunyi
fonemis (distingtif).
Urutan-urutan
bunyi.
Kata-kata
tugas.
Infleksi.
Perubahan
bunyi dalam derifasi.
Pengelompokan
struktural.
Petunjuk
urutan kata.
Makna
kata-kata.
Kata-kata
salam, sapaan, dan lain-lain.
Makna
budayawi (cultural meaning).
F.
Hubungan Menyimak dengan Aspek Keterampilan Berbahasa lainnya
1.
Hubungan menyimak dan berbicara
Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.Menyimak
bersifat reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi
yang terjadi antar teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum
diskusi. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu
giliran B yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula dalam suatu
konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak
saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di
masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya
mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal
dilakukan oleh manusia bila dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara
berturut- turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai
dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali
dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untu memahami
isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut : mendengarkan,
mengidentifikasi, menginterprestasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan
yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki
tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk : mendafatkan fakta, mengevaluasi fakta,
mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan
berbicara.Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiaatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan,
seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab dan lain-lain.
Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak, tidak
mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara.
2.
Hubungan menyimak dan membaca
Menyimak
dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif.
Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca
merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan
aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara
(menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan
proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasih.
3.
Hubungan menyimak dan menulis
Menulis
dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak
bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan
menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasih
dapat menumbuhkan kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh dan
dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dan lain
sebagainya.
G. Bahan
Pembelajaran Menyimak
Tujuan
utama menyimak, melatih siswa memahami bahasa lisan. Oleh sebab itu
pemilihan bahan harus disesuaikan dengan karakter anak SD. Pembelajaran
menyimak di kelas rendah sebaiknya tidak disertai dengan menulis. Bahan simakan
kelas rendah berupa perintah, pertanyaan lisan yang menghendaki jawaban lisan
atau perbuatan sebaagai jawabanya.
Menyimak Anak-anak
dapat belajar bahasa pertamanya dari mendengarkan dan mendengarnya merupakan
dasar bagi seni-seni bahasa lainnya (Lundesteen : 1979). Dari hasil
mendengarkan inilah anak memulai proses belajar memahami dan menghasilkan
bahasa, mengikuti bunyi tutur, dan mengkonstruksi bahasa lainnya. Disamping
itu, mendengar juga mempunyai kaitan yang erat dengan membaca. Anak-anak
belajar membaca juga melalui mendengarkan. Ketika anak-anak harus membaca
mereka mulai pada tulisan. Keterampilan dan pemahaman didalam dan pemahaman
didalam membaca dan mendengarkan dalam beberapa hal memiliki
kesamaaan (Stick dan james, 1984).
H. Kemampuan
Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Tujuan
utama pengajaran bahasa indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa,
dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan
terampil menulis.
1.
Taman kanak-kanak
a. Menyimak
pada teman sebaya.
b. Mengembangkan
waktu perhatian yang amat opanjang terhadap cerita dan dongeng.
c. Dapat
mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan sederhana.
2. Kelas
satu (5 1/2 – 7 tahun)
a. Menyimak
untuk menjelaskan, menjernihkan pikiran dan untuk mendapat jawaban atas
pertanyaan.
b. Dapat
mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarkan.
c. Menyimak
bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata lingkungan.
3.
Kelas dua (6 1/2 – 8 tahun)
a. Menyimak
dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b. Membuat
saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan untuk mengecek
pengertiannya.
c. Sadar akan situasi,
bila sebaiknya menyimak atau sebaliknya.
4. Kelas tiga dan empat (7 1/2 – 10 tahun)
a. Sungguh-sungguh sadar
akan nilai menyimak sebagai sumber informasi dan kesenangan. Menyimak pada
laporan orang lain, dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan yang
bersangkutan dengan itu.
b. Memperlihatkan keangkuhan
dengan kata-kata atau ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5. Kelas lima dan enam (91/2 – 11 tahun)
a. Menyimak secara kritis
terhadap kekeliruan, kesalahan, propaganda, dan petunjuk yang keliru.
b. Menyimak pada aneka ragam
cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui dalam
tipe-tipe baru.
I. Teknik Pengajaran Menyimak di Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat
dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan
yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain
itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik
ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar
bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi
bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang
sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut
dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk
menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru
mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya
dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru
memberikan latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan,
kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa
sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan
kata itu dalam struktur yang sederhana.
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian
informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya,
informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir,
mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan
demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau
tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi,
bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa
masih kurang.
Contoh: Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita
di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak,
guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru
selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam
wacana yang dibacakan;
menilai isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja
harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca
dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru
perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai
siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena pembacaan
yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape
recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato,
cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk
sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru
memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa
diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat
mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang
disimaknya, seperti:
apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
bagaimana watak dari tokoh tersebut?
sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
5. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali,
siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana
tersebut dengan cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf
berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu,
tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong
dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli dari wacana yang
dibacakan sebelumnya.
6. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah
puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah
disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara
bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan
kata-kata sendiri.
Dalam
menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan
siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
7.
Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan.
Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara,
misalnya dengan guru wali, guru pengajar bahasa , budayawan. Sebelum mengadakan
wawancara, siswa diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang
diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian
diserahkan kepada guru untuk teliti.
8. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan
keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai
pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara
sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan,
menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.
BAB
III
PENUTUP
A.Simpulan
Menyimak adalah
suatu proses suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh
informasih, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan
oleh pembicara disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Tujuan
menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1) Mendapatkan fakta
2) Menganalisis
fakta
3) Mendapatkan
inspirasi
4)
Menghibur diri
Menyimak
adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Proses menyimak mencakup
tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Tahap mendengar (hearing)
2.
Tahap memahami (understanding)
3.
Tahap menafsirkan (interpreting)
4.
Tahap menilai (evaluating)
5.
Tahap menanggapi (responding)
Jenis-Jenis
Menyimak sebagai berikut :
1)
Menyimak Ekstensif
Menyimak
ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
1. Menyimak Sosial
2. Menyimak
Sekunder
3. Menyimak
Estetik
4. Menyimak
Pasif
2)
Menyimak Intensif
Menyimak
intensif dapat dibagi enam yaitu:
a.
Menyimak Kritis
b.
Menyimak Konsentratif
c.
Menyimak Kreatif
d.
Menyimak Eksplorasif
e.
Menyimak interogatif
f.
Menyimak Selektif
Teknik
atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif
untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru
di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam
menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik
menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah
Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
2.
Teknik Informasi Beranting
3.
Teknik Satu Mulut Satu Kelas
4.
Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
5.
Teknik Group Cloze
6.
Teknik Parafrase
7.
Simak Libat Cakap
8.
Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Komentar
Posting Komentar